Kenapa Kesadaran Diri & Berpikir Kritis Penting di Era AI?
Pernah dengar kemampuan berpikir kritis dan kesadaran diri? Jadi, seberapa penting sih dua kemampuan ini? Dan apa dampaknya buat seseorang yang nggak punya dua kemampuan ini, apalagi sekarang, di mana informasi bisa diakses secara real-time?
Nah, dua kemampuan ini bukan cuma istilah keren dari dunia psikologi atau pendidikan, tapi bisa jadi pondasi penting biar kita nggak tersesat dalam arus informasi yang deras setiap hari.
Singkatnya, berpikir kritis itu kemampuan untuk membedakan antara opini dan fakta, mana yang benar dan salah, serta mengambil keputusan secara logis dan nggak terjebak emosi saat menilai atau menentukan sesuatu.
Sedangkan kesadaran diri adalah kehendak dari dalam diri seseorang untuk mengenali dirinya sendiri—sadar kalau dia salah, dan mau membenarkan yang benar. Menurut saya, kesadaran diri adalah fondasi awal, dan berpikir kritis adalah tahap berikutnya.
Sepenting itu kah? Menurut saya, iya banget. Karena seseorang yang salah, bisa aja nggak sadar kalau dia salah—bahkan parahnya, ngerasa paling benar sendiri. Di sinilah kesadaran diri jadi penting banget. Kesadaran itu yang bikin kita bisa “ngaca” dan mulai sadar bahwa ada yang keliru. Setelah itu, berpikir kritis baru bisa jalan.
Kita ambil contoh sederhana. Bayangin kamu lagi magang di sebuah perusahaan. Lalu atasan kamu ngasih tugas yang sama sekali belum kamu kuasai, dan harus kelar dalam waktu dua hari. Kamu bakal terima tantangan itu atau tolak karena belum siap?
Kalau kamu terima, kamu mungkin bakal belajar hal baru, nambah skill, dan dapat pengalaman. Tapi risikonya juga ada—kalau gagal, bisa jadi kena konsekuensi. Tapi kalau kamu tolak, bukan berarti kamu minder, bisa aja kamu memang udah kenal diri sendiri dan tahu batas kemampuanmu sampai di mana. Ini bukan soal takut, tapi tahu kapan kamu siap dan kapan belum. Nah, ini contoh nyata dari kesadaran diri, dan bentuknya bisa beda-beda—tergantung situasi, tekanan, dan kondisi emosi seseorang.
Setelah itu, kita masuk ke contoh berpikir kritis di era digital. Zaman sekarang, informasi bisa diakses dari mana aja dan kapan aja. Bayangin ada orang yang nggak tahu-menahu soal suatu hal, terus percaya begitu aja sama omongan orang lain. Padahal bisa jadi itu hoaks atau manipulasi. Kalau nggak punya kemampuan berpikir kritis, informasi itu bakal ditelan mentah-mentah, tanpa nanya dulu: “Ini bener nggak sih?”
Contoh paling nyata? Video yang digenerate AI. Mungkin sekarang masih kelihatan mana yang buatan AI dan mana yang nyata. Tapi beberapa bulan lagi? Siapa tahu. Bisa aja perbedaan itu makin tipis dan makin susah dibedakan. Di sinilah berpikir kritis jadi kunci utama—saat kita bisa menunda reaksi, mencerna informasi, dan bertanya: "Apa ini fakta atau manipulasi?"
Di tengah derasnya arus informasi yang bisa kita akses kapan saja, dua kemampuan ini jadi pelindung diri. Tanpa kesadaran diri, kita bisa terjebak dalam rasa paling benar. Tanpa berpikir kritis, kita mudah tertipu dan ikut-ikutan. Jadi ini bukan soal pintar atau nggaknya seseorang, tapi soal siap atau nggaknya kita menghadapi dunia yang terus berubah cepat.
Kesimpulannya, menurut saya, berpikir kritis dan kesadaran diri adalah dua kemampuan yang penting banget dimiliki siapa pun, terutama di era digital seperti sekarang. Karena dengan kesadaran diri, kita bisa mengakui kekeliruan dan mulai membenahinya. Dengan berpikir kritis, kita jadi nggak gampang tertipu, bisa mengambil keputusan secara logis, dan nggak dikendalikan emosi sesaat.
Tapi jangan lupa, ada satu hal lagi yang juga nggak kalah penting: pola pikir. Karena benar atau salahnya suatu hal bisa terlihat berbeda, tergantung sudut pandang dan cara pandang seseorang. Kayak lensa kacamata—kalau lensanya buram, yang kita lihat bisa jadi kabur atau bahkan salah.
Comments
Post a Comment