Posts

Kenapa Kesadaran Diri & Berpikir Kritis Penting di Era AI?

Pernah dengar kemampuan berpikir kritis dan kesadaran diri ? Jadi, seberapa penting sih dua kemampuan ini? Dan apa dampaknya buat seseorang yang nggak punya dua kemampuan ini, apalagi sekarang, di mana informasi bisa diakses secara real-time? Nah, dua kemampuan ini bukan cuma istilah keren dari dunia psikologi atau pendidikan, tapi bisa jadi pondasi penting biar kita nggak tersesat dalam arus informasi yang deras setiap hari. Singkatnya, berpikir kritis itu kemampuan untuk membedakan antara opini dan fakta, mana yang benar dan salah , serta mengambil keputusan secara logis dan nggak terjebak emosi saat menilai atau menentukan sesuatu. Sedangkan kesadaran diri adalah kehendak dari dalam diri seseorang untuk mengenali dirinya sendiri —sadar kalau dia salah, dan mau membenarkan yang benar. Menurut saya, kesadaran diri adalah fondasi awal, dan berpikir kritis adalah tahap berikutnya. Sepenting itu kah? Menurut saya, iya banget. Karena seseorang yang salah, bisa aja nggak sadar kalau dia...

Sepenting Itukah Pola Pikir?

Pola pikir adalah satu hal yang dimiliki oleh semua orang . Dengan adanya pola pikir, seseorang bisa menentukan mana yang menurut dirinya benar dan mana yang salah. Tapi, seberapa penting sih pola pikir terhadap hidup seseorang? Kita ambil contoh kasus: ada dua orang kakak beradik, sebut saja A dan B. Mereka dibesarkan di keluarga yang kurang harmonis. Ayah mereka adalah seorang pemabuk, penjudi, dan kerap menganiaya A dan B. Dengan latar belakang yang sama-sama kelam, mereka tumbuh menjadi pribadi yang sangat berbeda. A menjadi pribadi yang religius, hidup baik, dan punya pekerjaan yang layak. Sementara B tumbuh mirip seperti ayahnya—terlibat dalam kebiasaan buruk dan hidup tanpa arah. Kenapa hasil akhirnya bisa sejauh itu bedanya? Di sinilah peran penting pola pikir individu. Si B selalu menyalahkan masa lalu dan berkata, “Gue kayak gini gara-gara ayah gue. Dia suka mabuk, judi, dan mukul gue. Emang lo tau rasanya kayak gimana?” B hanya melihat hidupnya sebagai produk dari trauma dan...

Otak manusia vs Chipset AI: Kompetisi Atau Kolaborasi

Di era digital ini, di mana akses informasi tersedia nyaris tanpa batas dan teknologi terus berkembang, kecerdasan buatan (AI) menjadi sorotan utama. AI mulai mengambil alih banyak tugas manusia, terutama pekerjaan yang bersifat monoton dan berulang. Pertanyaannya: apa yang benar-benar membedakan manusia dari AI jika AI bisa bekerja layaknya manusia? AI tidak digaji, tidak mogok kerja, tidak protes—ia hanya bekerja dan menyelesaikan tugas sesuai perintah. Ia adalah program buatan manusia, dirancang untuk menyelesaikan masalah dan merespons input dengan data yang dimilikinya. Model bahasa seperti ChatGPT, DeepSeek, dan Groq hanyalah sebagian kecil dari potensi AI yang semakin hari semakin berkembang. Namun, apakah AI akan menggantikan semua pekerjaan manusia? Jawabannya: tidak sepenuhnya . AI saat ini hanya cerdas karena data. Bagi AI, data adalah "otak "—ia hanya bisa menjawab sejauh apa yang ia pelajari dari data tersebut. AI hebat dalam pekerjaan yang berulang dan berbasis ...

Kenapa Gue Bikin Blog Ini

Pada awal gue bikin blog ini, gue cuma seorang pelajar kelas 11, usia 17 tahun. Gue yang nulis di blog ini beda banget sama gue di dunia nyata. Karena blog ini bener-bener berdasarkan pikiran gue—yang kadang tiba-tiba terlintas, dan gue suka tanya ke AI karena dia lebih tahu dan punya informasi yang valid. Mungkin ke depannya gue bakal bahas hal-hal yang random, bahkan yang seharusnya nggak perlu dibikin artikel. Karena awalnya, niat gue bikin blog ini memang pure dari pikiran random gue, dari debat gue, hasil searching, dan obrolan bareng AI. Tapi akhirnya gue mikir: kenapa nggak gue bagiin aja isi pikiran, opini, dan hasil diskusi gue sama AI ke kalian? Gue juga nggak bikin artikel ini sendirian, karena kalau gue curhat atau nulis sendiri, biasanya alurnya berantakan dan susah dipahami. Jadi, gue utarain dulu opini gue ke AI, terus kita ngobrolin. Kadang gue setuju, kadang nggak. Kadang gue salah, kadang gue bener. Di artikel pertama gue, itu pure dari pikiran random yang kemudian gu...